laman

Minggu, 22 Januari 2012

Berkebun dan Sedekah

Teori Ilmiah manfaat sedekah bisa menambah rejeki
Posted by on November 9, 2011
 
Dahsyatnya Sedekah

Walaupun sudah berkali-kali didengungkan oleh bukan hanya satu dua ustadz, tapi bagi sebagian orang mungkin nilai sedekah ini masih sebatas omong kosong doang. Bahkan ketika bukti-bukti nyata itu berkali-kali digelar bahkan ditampilkan pelakunya langsung, nih tangan masih enggan untuk mengulurkan bantuan.
Mudah-mudahan ini bisa jadi sebuah inspirasi bahwa sebenarnya setiap hari kita telah diberikan pelajaran langsung oleh para petani tentang manfaat sedekah.
Mari kita ambil pelajaran penting pada nasi. Nasi yang tiap hari kita makan sebenarnya membawa pesan penting makna sedekah. Saya yakin, walaupun anda tinggal di pemukiman elit, ditengah-tengah kota bahkan jika anda sekalipun belum pernah melihat sawah selama hidup, anda pasti tahu darimana nasi itu berasal.
Nasi yang saat mentah disebut beras dan sebelum dikupas kulitnya disebut gabah, asalnya dari sawah-sawah di desa-desa. Dan tahukah anda bagaimana gabah itu muncul? Saya yakin tidak ada yang mengatakan itu hasil karya pak tani yang merakit sendiri. Saya juga yakin tidak ada yang bilang, itu padi tumbuh sendiri di sawah pak tani sehingga tinggal petik saja.
Kita semua sepakat, sebelum padi itu tumbuh pak tani harus membuang benih-benih padi dulu. Bukannya dimakan, pak tani malah menyebar-nyebarkannya di sawah. Bagi orang yang tidak tahu bagaimana padi tumbuh, pasti pak tani ini dibilang gila. Lha dia sendiri kadang kurang makanan, ini ada padi malah dibuang-buang di sawah.
Hebatnya lagi, ketika padi-padi itu mulai tumbuh, maka di kanan kiri-nya ada rumput-rumput yang bermanfaat untuk ternak pak tani. Lha, kapan pak tani menanamnya ya? Padahal yang disebar cuma bibit padi saja.
Saudara-saudara, persis seperti itulah cara kerja sedekah. Saat kita menyebarkan rejeki yang diberikan Allah kepada saudara-saudara kita yang kurang beruntung, pada hakikatnya kita bukan sedang membuang-buang uang. Tapi kita sedang menyebarkan bibit-bibit rejeki kita yang lebih besar.
Lihat padi, dari satu biji, dia tumbuh jadi tanaman yang menghasilkan ratusan biji padi baru. Rejeki yang kita sebarpun juga sama. Allah telah janji akan melipat gandakan biji sedekah yang kita sebarkan.
Tapi ingat, kalau cuma disebar gitu aja, hasilnya kurang sip. Anda harus memupuk dan menyemprotkan pembasmi hama. Sama juga sedekah, kalau cuma disebar aja, hasilnya ya kurang bagus. Harus dipupuk dengan ibadah sunnah seperti Dhuha dan Tahajud juga jangan sampai diserang hama kemaksiatan. Dengan begitu kita bisa panen rejeki sedekah kita dengan hasil yang paling baik.

sumber
http://sedekahrombongan.com/berkebun-dan-sedekah.html

Sabtu, 07 Januari 2012

Tentang Sedekah dan keikhlasan...

 "... Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku..." (QS. Al-Baqarah: 186)

Suatu hari "Luqman" bingung... "kenapa seseorang ibadah kepada Allah, malah lalu enggak boleh minta sama Allah?"

*  Loh memangnya  siapa yang mengatakan enggak boleh?

#  Ya orang-orang

*  Orang-orang yang mana?

#  Ya yang mengatakan,  "ibadah-ibadah saja... jangan minta-minta sama Allah." "Tahajud-tahajud saja, jangan tahajud sebab pengen minta ini minta itu sama Allah." atau, "sedekah-sedekah aja. Masa sih sedekah karena pengen sesuatu. Salah tuh." Orang-orang seperti ini yang saya bingungkan, kata Lukman.

*   Loh, kenapa kamu "menyerang" mereka-mereka itu? Bukanya mereka itu bagus? dan mengajarkan kemurnian ibadah

#  Ya bagus-bagus saja. Tapi kalo mengajarkan keikhlasan sambil menyekat hamba-Nya dari Allah, apakah masih bagus di sebutnya?

*  Tapi siapa juga yang menyeka? kan mengajarkan keikhlasan?

#  Apa coba sebutanya buat mereka yang melarang hamba-Nya meminta sama Allah? apa bukan menyekat tuh? memberi dinding antara seorang hamba dengan Allah?

*  Ya, enggak gitu sih.

#  Enggak gitu gimana?

*  Ini'kan sekedar mengajarkan keikhlasan. Gitu loh...

#  Guru saya pernah bilang, bila ada yang mengajarkan kebaikan, tapi disaat yang sama mengajarkan keburukan, itulah setan?

*  Maksudnya?

# Ya setan'kan masuknya lewat pintu ilmu. satu sisi mengajarkan perbuatan baik harus dilakukan dengan keikhlasan, tapi di sisi yang lain seseorang tidak diperbolehkanya meminta sama Allah. Apa ini bukan kerjaan setan?

*  Wah terlau jauh tuh... masa menyamakan mereka yang berpendapat seperti itu seperti setan?

#  Ya enggak sih, Tapi'kan begitu cara kerjanya setan. Halusss... banget. Kita enggak berani ngebantah perkataan, " Ibadah-ibadah saja, jangan minta-minta sama Allah." Iya kan? Enggak berani? sebab kalo berani membantah berarti tidak ikhlas?

*  iya juga sih

# Gini... boleh enggak meminta sama Allah

*  Boleh..

#  Meminta  itu berdo'a bukan?

*  ya.. sama dengan berdo'a.

#  Jadi.. boleh nih berdo'a?

*  Ya bolehlah.. malah jadi ibadah.

#  Ok, malah jadi ibadah ya?

*  Ya.. Jdi ibadah.

#  Terus.. boleh enggak seseorang yang tidak ibadah meminta sama Allah?

*  Maksudnya?

#  Boleh enggak seseorang yang tidak solat misalnya, lalu dia berdo'a kepada Allah?

*  Boleh saja... berdo'a kan tidak mempersyaratkan apapun, kecuali sebagai akhlak.

#  Jadi boleh nih, seorang preman misalnya, berdo'a kepada Allah?

*  Ya.. Boleh..

#  Walau dia tidak solat?

*  Ya.. Boleh, meski tidak soat dia berhak berdo'a.

#  Lah, lalu kenapa orang yang menempuh jalan tahajud, menempuh jalan sedekah, lalu jadi tidak boleh meminta?

*  Iya juga ya, kenapa jadi tidak boleh?

#  Situ sendiri'kan yang bilang... sedekah-sedekah saja.. tahajud-tahajud saja.. jangan minta-minta sama
Allah?

*  Benerrr..

#  Padahal, mestinya kalimat yang bener itu begini... "tidak tahajjud saja boleh meminta, apalagi tahajjud. Tidak sedekah saja boleh meminta, apalagi sedekah."

*  Bener

#  Dari tadi bener-bener melulu

*  Lah memang bener.

#  Sekarang siapa yang bingung?

*  Ya enggak bingung... saya bener, situ bener

#  Maksudnya?

*  Beribadah karena sesuatu'kan jadinya tidak ikhlas?

#  Yah, itumah namanya kemalio ke pertanyaan semula

*  Kembali bagaimana?

#  Yah, didepan'kan ditanya, boleh enggak meminta sama Allah tanpa ibadah?

*  Oh... dialog di depan tadi?

#  Ya iyalah... dialog yang tadi, masa harus balik lagi?

*  jadi... gimana?

#  Ikhlas itu jangan dikaitkan dengan meminta. Bila seseorang meminta kepada Allah, jangan dikatakan tidak ikhlas dong?

*  Lalu, mestinya dikatakan apa buat seseorang yang bersedekah lantaran dia susah?

#  Dikatakan kepadanya, "Dia menempuh jalan yang diberitahu Allah dan Rosul-Nya."

*  Oh.. gitu ya?

#  Ya... begitu. Ketika Allah bilang bahwa Allah akan membantu yang mau membantu sesama, lalu ada seseorang yang keluar dari rumahnya membantu orang lain karena dia kepengen kesusahanya di bantu sam Allah, masa salah?
Bukankah ini berarti dia mempraktikan cara-cara Allah bila kepengen dibantu. Dan berarti dia dapat pahala tersendiri, pahala menjawab seruan Allah, pahala nurut sama Allah, pahala percaya sama Allah.

*  Tapi'kan enggak bener dong.

#  Enggak bener pegiman?

*  Kok aneh ya, ibadah'kan harusnya murni, ikhlas?

#  Ya itu tadi... sebab pemahamna ikhlasnya kali yang salah.
Mestinya ikhlas itu adalah tidak dikaitkan dengan do;a, dengan permintaan. Kasihan hamba-hamba-Nya Allah yang memang kepengen sesuatu dari Allah, dan Allah memang membuka pintu-Nya, dan murah memberi hadiah kepada hamba-Nya yang mau menegakan ibadah. Lebih kasian lagi kepada orang-orang yang tidak tahu bagaimana caranya merayu Allah.

*  Jadi tetep disebut ikhlas nih, bila seseorang beribadah karena sesuatu?

#  Kalimatnya barangkali begini, Orang itu punya tauhid, yang bagus, punya iman yang bagus, karena percayanya dia sama cara yang dianjurkan Allah dan Rosul-Nya, lalu tempuh jalan itu. Gitu... secara simplenya, disebut tidak ikhlas itu kalau ia ngomongin dia punya amal ke kiri dan ke kanan dengan maksud riya atau sombong, sum'ah/ berbangga diri. Kalau ke Allah mah namanya do'a, harapan, permintaan, munajat.

*  Iya juga ya... apalagi meminta itu'kan ibadah juga ya?

#  Nah... berarti kalau seseorang mau sedekah, dan ia punya permintaan, berarti ada dua ibadah?

*  Betul... ibadah "sedekah" dan ibadah "meminta".

#  Dapat dua pahala ya?

*  Ya.. dapat dua keutamaan.

#  Paham saya sekarang.

*  Masa..?

#  Iya

*  Lalu masih menyalahkan orang yang bersedekah lantaran proyeknya pengen lancar?

#  Masih

*  Lah?

#  Ya iya... namanya juga bingung

*  Ya sudah bingung saja terus

#  Ya soalnya memang tetap bingung

*  Iya.. enggak apa-apa. Kan enggak maksa supaya situ mau minta sama Allah. Jadi, ya enggak apa-apa bingung juga. Silahkan saja... Kalau saya mah enggak bingung. Bagi saya, saya percaya sama Allah. Percaya sama cara-caranya Allah. Allah biang kalau mau begini, begitu. Kalau mau begitu, begini. Lal saya ikuti itu. Ini namanya tunduk, patuh,  dan taat. Sekali lagi, ini namanya keutamaan dari percaya sama Allah.

Yah, namanya juga orang bingung, Lukman sendiri bingung. Anda enggak usah ikut bingung.. he he he... Yang jelas Luqman meyakini, banyak orang yang tidak beraniminta sama Allah. Padahal Allah sendiri yang menyuruh meminta kepada-Nya. Masa ketika seseorang meminta jadi salah? iya enggak?

#  Iya

*  Lah... kok ada jawaban lagi?

#  tadi nanya?

*  Nanya apaan?

#  Tadi nanya... masa ketika seseorang meminta jadi salah? Iya enggak?  Ya saya jawab Iya.

*  Wah... sudahlah, nanti jadi panjang lagi...


Diambil dari buku "The Miracle of Giving" karya Ustad Yusuf Mansyur