Diriwayatkan, seorang shahabiyah (kalangan sahabat Nabi dari perempuan) baru saja kehilangan suaminya.
Setelah
upacara pemakaman, masih dengan suasana hati yang diliputi duka cita,
ia mendekat ke sisi Nabi SAW dan bertanya dengan setengah berbisik,
"Ya Rasulullah, di detik-detik menjelang kepergian suamiku, dalam
sekaratnya ia memberikan isyarat supaya aku mendekat. Akupun
mendekatkan diri kepadanya, untuk mendengarkan apa yang akan
dikatakannya.
Tetapi yang aku dengar adalah ucapan-ucapan yang sama sekali tidak aku mengerti.
Ia berkata, Akh seandainya yang baru, akh seandainya semuanya, dan akh seandainya masih jauh.
Apakah ucapan suami saya itu semacam wasiat ya Rasulullah? Tapi aku benar-benar tidak mengerti dengan apa yang dia maksudkan.
Rasulullah
terdiam sejenak, sembari tersenyum beliau bersabda, "Pernah suatu
hari, suamimu berbelanja ke pasar. Ia membeli sebuah mantel baru. Dalam
perjalanan pulang ke rumah, ia melihat seseorang yang duduk terpojok
di sudut jalan. Ia meringkuk tampak sangat kedinginan. Suamimu menjadi
iba dan kemudian memberikan mantelnya yang lama. Dalam sekaratnya, ia
diperlihatkan oleh Allah balasan pahala dari amalannya itu. Ketika
melihat penampakan balasan dari Allah, sekonyong-konyong timbul rasa
sesal dalam dirinya, mengapa ia tidak memberikan saja mantelnya yang
baru, tentu balasan dari Allah akan lebih besar. Ia pun berkata, Akh,
seandainya yang baru!
Nabi SAW melanjutkan, "Pernah suatu
hari lagi, suamimu kembali dari pasar. Rejeki yang ia dapatkan hari
itu ia belikan sepotong roti. Ia berencana membawakannya untukmu dan
keluarga. Namun dalam perjalanan, ia melihat seseorang yang terbaring
lemah karena lapar. Ia pun menjadi iba, dan memberikan sebagian roti
buatnya. Sebagiannya lagi ia bawa pulang. Dalam sekaratnya, ia
diperlihatkan oleh Allah balasan dari amalannya itu. Ia pun kembali
menyesal, andainya saja ia memberikan semuanya, pasti balasan Allah
lebih besar lagi. Ia pun berkata, Akh, seandainya semuanya.
Selanjutnya,
"Di hari yang lain, suamimu dalam perjalanan menuju masjid, dengan
arah yang sama ditemuinya seorang tua yang tampak kepayahan dan
tertatih-tatih melangkahkan kakinya. Suamimupun menawarkan diri untuk
membantu, dan digendongnya orang tua yang lemah itu menuju masjid.
Ketika diperlihatkan oleh Allah balasan dari amalan perbuatannya itu, ia
kembali menyesal dan berharap seandainya saja jarak masjid itu lebih
jauh, ia akan mendapat balasan pahala yang lebih banyak. Dalam
penyesalannya ia berkata, Akh, seandainya masih jauh.
==
Akankah kita nanti akan menyesal ketika diperlihatkan balasan sedekah kita yang "uang receh" dan " uang lecek"..??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar